cinta sejatiku. Setiap hela hembusan angin kehidupanku

Jumat, 22 Oktober 2010
Tugas Makalah KETKOMDAS

Oleh : Dessy Prasetyaningsih

Cinta menurutku adalah sesuatu yang sangat ribet. Tapi kemudian bisa menjadi simple ketika kita merasakan kehadirannya ditengah maupun sekeliling kita. Cinta bisa membuat kita bahagia, sedih dengan berderai air mata, dan cinta membuat semua orang siap berkorban harta maupun nyawa untuk orang yang dicintai.

Merasakan kehadiran cinta pernah aku rasakan ketika aku mengenal seseorang yang sempat berarti dan ku anggap seperti keluargaku sendiri. Namun beberapa waktu semua menjadi terbuka ketika aku merasakan cinta abadi yang sesungguhnya. Yaitu cinta orang tua kepadaku. Cinta yang mereka berikan bukan hanya sekedar cinta, tetapi kasih sayang yang tulus ikhlas dan sepenuh hati mereka. Dan tak hanya ditunjukkan oleh perkataan saja, tetapi dengan segenap jiwa raga mereka. Aku sungguh bangga mempunyai orang tua seperti mereka. Orang yang menunjukkan padaku, ketika kamu mendapat kerasnya hidup, ketika kamu sadar telah berada di bawah, semestinya kamu kuat, bertahan dan terang merajut semua angan untuk masa depan. Tak pantang menyerah, tegar bagaikan batu karang yang kuat diterjang ombak.
Ketika aku jatuh ataupun ketika aku membutuhkan sandaran untuk aku berpijak, tanpa disadari merekalah yang selalu ada, menemaniku, menghibur, memikirkanku, dan tak hentinya mendoakanku.

Yah, sempat aku merasakan kasih sayang orang lain, tapi itu tak ada artinya jika dibandingkan kasih sayang orang tua padaku. Cinta kita pada Ibu Bapak kita mungkin sepanjang jalan, seperti pepatah yang selalu terngiang. Tapi cinta mereka pada kita sepanjang hayat mereka. Mungkin kita belum merasakan bagaimana rasanya jadi orang tua, bagaimana rasanya mencintai seseorang yang begitu berharga yang lahir dari rahim kita, seperti Ibu kita menyanyangi kita tanpa perlu dibayangkan betapa sayangnya Beliau yang tak ada ujungnya.

Ibu
menurutku adalah wanita yang sangat mengerti aku. Walau terkadang kami sering berdebat, kalau aku bandel dan gag bisa jadi anak yang nurut. Tapi, aku sangat menghormati dan menyayangi beliau. Dia tidak pernah sekalipun menunjukkan kesedihannya, walaupun sebenarnya dia sedang bersedih.

Papakku,
tak perlu banyak kata untuk mendiskripsikan beliau. Sabar. Yah, sabar adalah kata paling pas untuk mewakili kepribadiannya. Papakku adalah contoh nyata real orang sabar yang pernah aku liat dalam hidupku.
Dan kemudian saya bisa merasakan betapa berartinya mereka dalam hidupku, ketika tanpa bisa dihalangi, waktu membatasi jarak diantara aku dan mereka. Dan menurutku inilah saatnya aku menunjukkan pada mereka, aku bisa hidup mandiri dan menunjukkan bahwa aku serius untuk mengejar cita-citaku.

Ini cerita ketika aku harus meninggalkan mereka, ketika aku harus terbiasa melewati hari-hariku tanpa melihat senyum mereka, ketika apapun yang aku lakukan akan aku hadapi sendiri dengan keputusan sendiri, dengan tanggung jawabku dan juga kesadaranku, sebagai anak perempuan yang telah diberi amanah dari kedua malaikat hidupku.

Saya masih ingat ketika pertama kali harus meninggalkan kota kelahiran, sekaligus tempat saya dibesarkan, yaitu kota Jayapura tercinta. Tujuan utama adalah untuk mengejar cita-cita . Hari itu merupakan hari yang saya nantikan, tapi kenapa begitu telah sampai hari itu, saya merasakan perasaan yang mengganjal. Yaa… saya harus kuat. Kuat hidup mandiri. Kuat menapaki hidup nantinya dengan upaya saya sendiri. Karena jelas orang tua saya tidak menemani saya di setiap waktu.
Raga saya siap menantang pengalaman baru, tapi dilubuk hati paling dalam saya berusaha menguatkan diri sendiri. Sehari-hari gag bisa melihat wajah ke dua orang tua saya dan juga adik saya tercinta yang nanti akan dipisahkan jarak dan waktu.
Tiba hari H. Keberangkatan saya diantar Papa, Mama dan Adikku tercinta.

Dari rumah saya telah siap menahan air mata yang akan tumpah (soalnya saya tergolong orang yang cengeng* hehee). Papa, Mama dan Melati adikku menemani saya di ruang tunggu pesawat. Jantung saya semakin berdegup kencang. Saya akan sangat merindukan guratan-guratan senyum kalian.
Saya akan sangat merindukan papa saya yang selalu menjadi motivator terbesar saya guru besar saya, panutan hidup, penguat dan Orang yang selalu mengajarkan saya untuk hidup sabar. Saya akan merindukan Mama saya, yang sehari-hari menjadi teman curhat, teman tertawa, bercanda, dan selalu mendengarkan curhat saya tentang apapun yang mengganjal hati. Jelas saya juga akan merindukan adikku tercinta, Melati.

Walaupun kami terkadang tidak cocok, tapi dia adalah teman saya menghabiskan waktu-waktu membosankan saya di rumah. Kami sering main make-up2an berdua, nonton film berdua. Dia tempat saya meminta saran (walau masih kelas 5 sd saat itu,pikirannya sudah lumyan dewasa), Dia tempat saya sharing jika sudah menyelesaikan novel atau puisi. Terkadang dia sampai rela membaca ulang novel atau cerpen buatan saya (huhu terharu*). Dan satu hal, aku dan dia suka main kejar-kejaran di rumah (hingga dimarahin papa, hihi), jembak2an rambut, hingga dia sering menangis kalau saya sudah marah besar *hahaha (kangennn ).

**Kembali ke detik-detik keberangkatan, saya tak henti-hentinya menghela nafas berusaha menahan air mata yang jatuh. Memandangi sedalam-dalamnya wajah ke dua pahlawan hidupku, dan malaikat kecil keluargaku itu. Saya tau, mereka juga sedang menahan rasa sedih, untuk melepaskan anak perempuan mereka merantau.
Pertama saya memeluk Mama, kemudian memeluk Melati, dan yang terakhir memeluk Papa. Entah kenapa mereka hanya terdiam tanpa berkata apa-apa. Yang saya dengar hanya perkataan Papaku yang memintaku supaya hati-hati dan jangan lupa berdoa. Setelah itu mereka pergi dan tidak melihat aku sampai pesawat tinggal landas.
Mungkin mereka tidak ingin memperlihatkan kesedihan mereka. Dan aku tau, mereka rela melepaskan aku merantau, karena mereka ingin melihatku berhasil dan kelak membawa kesuksesan. Amin.

Dan tiba saat itu, saya sampai di kota Yogyakarta. Kota dimana saya akan melalui hari-hari saya kedepannya, kota dimana saya akan mengejar cita-cita untuk melanjutkan pendidikan saya.
Kehidupanku perlahan sedikit berubah. Untungnya dari dulu orang tuaku selalu mengajarkan anak-anaknya untuk mandiri. Saya mesti melakukan apapun sendiri. Kebetulan saya tinggal di rumah juga sendiri, walaupun disamping kanan kiri rumah saya ada bude dan bule ku. Tapi saya segan meminta bantuan mereka kalau saya masih bisa mengerjakannya sendiri.

Waktu hari pertama tidur sendiri, saya merasa sepiii sekali. Saya benar-benar kangen dengan teriakan adik saya. Dengan suasana di rumah yang ramai. Dengan mama, papa, adikku, dengan masakan mama. Saya benar-benar merasa sendiri saat itu.
Begitu terasa ketika saya mesti membersihkan rumah sendiri, memasak, mencuci baju, dan juga memasang lampu sendiri. Bahkan pernah Karena ga ada teman, saya terpaksa membeli air gallon sendiri. Dan waktu itu saya hamper jatuh dari motor karena nekad melakukannya sendiri.

Itu hanya sebagian dari kisah yang aku alami. Aku yakin apapun yang kita lakukan, jika itu baik, maka akan membawa kebaikan untuk hidupku kedepannya. Satu yang perlu aku jaga ketika jauh dari orang tua, saya harus mempertebal tanggung jawab saya, saya harus bersikap jujur apapun itu yang terjadi. Dan saya harus menunjukkan pada mereka, walaupun saya jauh , saya tetap bisa menjadi dessy yang mandiri, menjadi dessy kebanggaan mereka, menjadi dessy yang bisa bertanggung jawab dan membawa amanah dari mereka dengan sebaik mungkin.

Tiba saat menyadari kehadiran orang tua adalah yang terpenting dalam hidupku. Tanpa mereka aku tidak mungkin menjadi wanita yang seutuhnya. Dalam tanda kutip, menjadi wanita yang matang dalam hal pemikiran dan tingkah laku.
Coba bayangkan. Apa jadinya jika dari dulu mereka membiasakkan aku untuk hidup manja, jika ada apa-apa aku selalu merengek pada mereka, jika apapun yang aku minta selalu dituruti. Mungkin aku akan menjadi wanita yang manja dan mungkin tidak bisa menapaki hidup sendiri dengan mengambil keputusan sendiri.

Bagiku Papa dan Mama adalah segalanya bagiku.

Walaupun intensitas aku berkomunikasi dengan Papa jarang, tapi sekali kami berkomunikasi, aku bisa merasakan kehangatanya. Mungkin yang lebih memberikan perhatian adalah Mama. Tapi beliau lebih dari sekedar memberi perhatian. Beliau memberikan kepercayaan yang utuh untukku. Memberikanku kepercayan dan kerelaan untuk hidup mandiri. Jika tidak mendapat keputusan dari Papa, mungkin aku tidak bisa merasakan hidup mandiri seperti ini.

Aku pernah membaca sebuah notes dari teman yang sangat menyentuh.

Judulnya tentang ayah,

kurang lebih begini notes-nya.


Biasanya, bagi seorang anak perempuan yang sudah dewasa, yang sedang bekerja diperantauan, yang ikut suaminya merantau di luar kota atau luar negeri, yang sedang bersekolah atau kuliah jauh dari kedua orang tuanya…..
Akan sering merasa kangen sekali dengan Mamanya.

Lalu bagaimana dengan Papa?
Mungkin karena Mama lebih sering menelepon untuk menanyakan keadaanmu setiap hari,
tapi tahukah kamu, jika ternyata Papa-lah yang mengingatkan Mama untuk menelponmu?
Mungkin dulu sewaktu kamu kecil, Mama-lah yang lebih sering mengajakmu bercerita atau berdongeng, tapi tahukah kamu, bahwa sepulang Papa bekerja dan dengan wajah lelah Papa selalu menanyakan pada Mama tentang kabarmu dan apa yang kau lakukan seharian?
Pada saat dirimu masih seorang anak perempuan kecil……

Papa biasanya mengajari putri kecilnya naik sepeda.
Dan setelah Papa mengganggapmu bisa, Papa akan melepaskan roda bantu di sepedamu…
Kemudian Mama bilang : “Jangan dulu Papa, jangan dilepas dulu roda bantunya” ,
Mama takut putri manisnya terjatuh lalu terluka….

Tapi sadarkah kamu?

Bahwa Papa dengan yakin akan membiarkanmu, menatapmu, dan menjagamu mengayuh sepeda dengan seksama karena dia tahu putri kecilnya PASTI BISA.
Pada saat kamu menangis merengek meminta boneka atau mainan yang baru, Mama menatapmu iba.
Tetapi Papa akan mengatakan dengan tegas : “Boleh, kita beli nanti, tapi tidak sekarang”
Tahukah kamu, Papa melakukan itu karena Papa tidak ingin kamu menjadi anak yang manja dengan semua tuntutan yang selalu dapat dipenuhi?

Saat kamu sakit pilek, Papa yang terlalu khawatir sampai kadang sedikit membentak dengan berkata :
“Sudah di bilang! kamu jangan minum air dingin!”.
Berbeda dengan Mama yang memperhatikan dan menasihatimu dengan lembut.
Ketahuilah, saat itu Papa benar-benar mengkhawatirkan keadaanmu.
Ketika kamu sudah beranjak remaja….
Kamu mulai menuntut pada Papa untuk dapat izin keluar malam, dan Papa bersikap tegas dan mengatakan: “Tidak boleh!”.

Tahukah kamu, bahwa Papa melakukan itu untuk menjagamu?

Karena bagi Papa, kamu adalah sesuatu yang sangat – sangat luar biasa berharga..
Setelah itu kamu marah pada Papa, dan masuk ke kamar sambil membanting pintu…
Dan yang datang mengetok pintu dan membujukmu agar tidak marah adalah Mama….
Tahukah kamu, bahwa saat itu Papa memejamkan matanya dan menahan gejolak dalam batinnya,
Bahwa Papa sangat ingin mengikuti keinginanmu, Tapi lagi-lagi dia HARUS menjagamu?
Ketika saat seorang cowok mulai sering menelponmu, atau bahkan datang ke rumah untuk menemuimu, Papa akan memasang wajah paling cool sedunia…. :’)

Papa sesekali menguping atau mengintip saat kamu sedang ngobrol berdua di ruang tamu..
Sadarkah kamu, kalau hati Papa merasa cemburu?
Saat kamu mulai lebih dipercaya, dan Papa melonggarkan sedikit peraturan untuk keluar rumah untukmu, kamu akan memaksa untuk melanggar jam malamnya.

Maka yang dilakukan Papa adalah duduk di ruang tamu, dan menunggumu pulang dengan hati yang sangat khawatir…
Dan setelah perasaan khawatir itu berlarut – larut…
Ketika melihat putri kecilnya pulang larut malam hati Papa akan mengeras dan Papa memarahimu.. .

Sadarkah kamu, bahwa ini karena hal yang di sangat ditakuti Papa akan segera datang?

“Bahwa putri kecilnya akan segera pergi meninggalkan Papa”

Setelah lulus SMA, Papa akan sedikit memaksamu untuk menjadi seorang Dokter atau Insinyur.
Ketahuilah, bahwa seluruh paksaan yang dilakukan Papa itu semata – mata hanya karena memikirkan masa depanmu nanti…
Tapi toh Papa tetap tersenyum dan mendukungmu saat pilihanmu tidak sesuai dengan keinginan Papa

Ketika kamu menjadi gadis dewasa….

Dan kamu harus pergi kuliah dikota lain…

Papa harus melepasmu di bandara.
Tahukah kamu bahwa badan Papa terasa kaku untuk memelukmu?
Papa hanya tersenyum sambil memberi nasehat ini – itu, dan menyuruhmu untuk berhati-hati. .
Padahal Papa ingin sekali menangis seperti Mama dan memelukmu erat-erat.
Yang Papa lakukan hanya menghapus sedikit air mata di sudut matanya, dan menepuk pundakmu berkata “Jaga dirimu baik-baik ya sayang”.

Papa melakukan itu semua agar kamu KUAT…kuat untuk pergi dan menjadi dewasa.

Disaat kamu butuh uang untuk membiayai uang semester dan kehidupanmu, orang pertama yang mengerutkan kening adalah Papa.

Papa pasti berusaha keras mencari jalan agar anaknya bisa merasa sama dengan teman-temannya yang lain.
Ketika permintaanmu bukan lagi sekedar meminta boneka baru, dan Papa tahu ia tidak bisa memberikan yang kamu inginkan…
Kata-kata yang keluar dari mulut Papa adalah : “Tidak…. Tidak bisa!”
Padahal dalam batin Papa, Ia sangat ingin mengatakan “Iya sayang, nanti Papa belikan untukmu”.

Tahukah kamu bahwa pada saat itu Papa merasa gagal membuat anaknya tersenyum?

Saatnya kamu diwisuda sebagai seorang sarjana.

Papa adalah orang pertama yang berdiri dan memberi tepuk tangan untukmu.
Papa akan tersenyum dengan bangga dan puas melihat “putri kecilnya yang tidak manja berhasil tumbuh dewasa, dan telah menjadi seseorang”
Sampai saat seorang teman Lelakimu datang ke rumah dan meminta izin pada Papa untuk mengambilmu darinya.
Papa akan sangat berhati-hati memberikan izin..
Karena Papa tahu…..
Bahwa lelaki itulah yang akan menggantikan posisinya nanti.
Dan akhirnya….
Saat Papa melihatmu duduk di Panggung Pelaminan bersama seseorang Lelaki yang di anggapnya pantas menggantikannya, Papa pun tersenyum bahagia….
Apakah kamu mengetahui, di hari yang bahagia itu Papa pergi kebelakang panggung sebentar, dan menangis?
Papa menangis karena papa sangat berbahagia, kemudian Papa berdoa….
Dalam lirih doanya kepada Tuhan, Papa berkata: “Ya Allah tugasku telah selesai dengan baik….
Putri kecilku yang lucu dan kucintai telah menjadi wanita yang cantik….
Bahagiakanlah ia bersama suaminya…”
Setelah itu Papa hanya bisa menunggu kedatanganmu bersama cucu-cucunya yang sesekali datang untuk menjenguk…
Dengan rambut yang telah dan semakin memutih….
Dan badan serta lengan yang tak lagi kuat untuk menjagamu dari bahaya….
Papa telah menyelesaikan tugasnya….
Papa, Ayah, Bapak, atau Abah kita…
Adalah sosok yang harus selalu terlihat kuat…
Bahkan ketika dia tidak kuat untuk tidak menangis…
Dia harus terlihat tegas bahkan saat dia ingin memanjakanmu. .
Dan dia adalah yang orang pertama yang selalu yakin bahwa “KAMU BISA” dalam segala hal…
menangislah setelah km membaca maka kamu merasakan akan keberadaan papa d sisimu selama ini :')

Begitu menyentuh notes itu. Seperti apa yang diceritakkan notes itu, mungkin seperti itulah yang dialami Ayah kita.

Mungkin sekarang aku belum bisa membalas budi baik mereka yang tiada tara. Tapi aku akan berusaha sekuatku, menunjukkan pada mereka bahwa pengorbanan mereka selama ini tidak sia-sia. Aku bangga mempunyai orang tua seperti mereka. Aku bahagia mendapatkan cinta kasih yang tulus dari mereka.

Menurutku inilah cinta yang sebenarnya.

Cinta yang abadi adalah cinta orang tua pada kita. Cinta seperti yang ku ungkapkan ditulisan awal akan menjadi ribet dan kompleks kalau kita menginterpretasikan pada sesuatu yang memang kompleks, semisal ketika kita pacaran dan kemudian putus setelah itu patah hati dan menjadi benci pada orang itu kemudian tidak percaya pada cinta.

Yang sebenarnya tak kita sadari, bahwa cinta seperti itu bukan cinta yang sesungguhnya. Hanya kesenangan emosi semata. Hanya kebutaan mata, hati dan pikiran sesaat.

Cinta yang simple adalah cinta orang tua pada kita. Cinta yang selalu ada dari kita lahir, Hingga kita meninggalkan dunia ini. Cinta yang tak pernah selingkuh dan tak pernah putus, ataupun merasakan patah hati. Cinta sejati, berasal dari orang-orang sejati dan pemberani. Yaitu Ibu dan Bapak kita. ^^

Yogyakarta, 9 oktober 2010

2 komentar:

  1. Lauraingindimengerti mengatakan...:

    aku sngatt menyayangii papa...
    Lufhh u so pap...

  1. dessydessyndessy mengatakan...:

    iya maya. begitu pula aku.
    ^^ semoga kita bisa memberikan yg terbaik untuk org tua kita ya, ^^
    amin ya Rabb amin

Posting Komentar