Hufftt.. yap. sulit. Kali ini aku ngerasain sendiri pengalaman itu. Dikala aku dipercaya sama Pak OC untuk menjadi Koordinator divisi Konsumsi untuk makrab besar di fakultasku.
Saat itu aku mengalami krisis. Krisis percaya diri, krisis ketidaksanggupan, krisis ketidakbisaan, dll. Hoammhh...
Banyak pihak berusaha ngeyakinin kalo aku bisa. Karena mereka melihat kerjaku saat jadi Koor di acara turun temurun himpunan saat Ramadhan tahun kemaren.
Tapi aku tetap ngerasa gag bisa. Secara aku ngerasa kemaren saat jadi koor, apa yang aku lakuin gag bisa sebagus yang diharapkan. Aku ngerasa bersalah. Bersalah sama teman-teman yang udah percaya sama aku.
Dan kemudian entah dengan berbagai cara mereka berusaha ngeyakinin, sampai akhirnya aku menerima tawaran itu. Yap. koordinator konsumsi.
Mungkin yang ada dibenak kalian tulisan ini lebay. Ato mungkin, ahhh koor konsumsi doankk “cetek” ahhh.
But waitt,, ini yang aku rasain sekarang. Menjadi seseorang yang memikul amanah dari orang lain. Mengorbankan sedikit waktunya untuk memikirkan yang mungkin orang lain tidak pernah pikirkan. Mengalami kemuakan saat dirimu tidak dihargai. Merasakan deg2an yang dirasakan orang-orang sebelumnya saat berbicara di depan forum. Ini yang aku rasakan sekarang.
Dulu mungkin aku pernah meremahkan divisi ini. Tapi seharusnya tidak bisa diremehkan juga, karena ini menyangkut perut dan kehidupan seseorang. Mereka menyebutnya dengan divisi yang krusial.
Bagaimana tidak?
Jika tidak ada konsumsi, ato sebuat saja dengan makanan. Apa acara akan berjalan dengan mulus? dengan teratur.
Yappp... apalagi saat aku diminta untuk memikirkan konsep konsumsi untuk acara kali ini. Aku memutar otak.. *HUAAA
Aku ngerasa gag bisa. Salah satu alasanyanya karena aku gag ada pengalaman di divisi ini. Selama kepanitiaan aku sudah pengalaman di div. kesehatan 4 kali. Dan belum pernah menyentuh divisi konsumsi, kecuali untuk acara Ramadhan itu. Sedangkan acara makrab ini acara besar2an, dan aku harus memikirkan nasib 300 orangan lebih untuk diberi makan *eaaa.
Dan sekarang inilah tantangannya. Aku berusaha belajar dari pengalaman sebelumnya. Aku berfikir, kalau tidak sekarang mencoba, kapan lagi aku bisa merasakan pengalaman ini. Pengalaman menjadi bagian dari teman-teman divisi konsumsi yang akan membantuku selama acara nanti. Dan pengalaman menjadi bagian dari Pak OC dan SC serta teman2 koor lain yang akan berjuang bersama memajukan acara ini.
Pemimpin yang amanah itu sulit. Aku terus memikirkan kata2 ini setelah baru saja melakukan rapat divisi dengan ke 10 anggotaku.
Bagaimana sulitnya menyatukan 10 orang termasuk aku untuk bisa menjalin kekompakan dan kerja sama yang nyaman dan menyenangkan.
Sulit... karena kami tidak hanya sibuk dengan urusan ini, tapi aku tau, betapa sibuknya kita dengan urusan lain. Praktikum yang gilani, jadwal kuliah yang seabrek, tugas kuliah dan laporan sana-sini, belum lagi urusan pribadi *HUHUHU
Dan aku mesti memutar otak bagaimana caranya agar kita bisa kumpul. Walaupun cuman untuk membicarakan hal sepele semisal, “bagaimana kuliahnya?” atau “apa ada yang sudah punya ide untk acara besok?”
Aku masih belajar untuk mengendalikkan emosi. Karena emosi adalah faktor utama yang membuat aku menjadi orang yang tidak enak hati. Aku sangat merasa bersalah jika harus mengeluarkan sesuatu *apapun itu* yang diiringi dengan emosi. Entah itu emosi yang dipancing oleh mereka ataupun karena diri sendiri yang sedang tidak mood. Tapi aku berusaha sebisa mungkin untuk mengendalikan itu.
Aku tidak bisa bekerja sendiri tanpa mereka.
Sebisa mungkin, mengendalikan emosi dan sabar adalah kuncinya. Dan aku akan terus belajar untuk itu. Menentukan sikap juga penting.
Aku akan terus belajar, sebisaku untuk menjadi teman bagi mereka.
Teman yang bisa mengerti, yang mau menerima, mampu memahami, memberi solusi, dan dapat mengendalikan emosi.
Menjadi pemimpin yang amanah itu memang sulit. Memang...
Tapi kita bisa belajar untuk itu.
Salut buat Rasulullah yang bisa menjadi pemimpin yang amanah ^^
Good Luck teman2... we can do it !!!
0 komentar:
Posting Komentar